Ilustrasi sederhana struktur atom.
Dalam tabel periodik unsur kimia, simbol atom hg merujuk pada Raksa, atau dalam bahasa Inggris disebut Merkuri. Raksa adalah salah satu unsur transisi yang paling unik, terutama karena sifatnya yang berbeda dari kebanyakan logam lainnya. Secara standar, pada suhu kamar dan tekanan normal, Raksa berwujud cair. Keunikan fisik ini menempatkan Raksa (Hg) pada posisi yang istimewa dalam studi kimia dan fisika material.
Raksa memiliki nomor atom 80, yang berarti inti atomnya mengandung 80 proton. Konfigurasi elektronnya yang lengkap—terutama pada orbital d dan f—memberikan stabilitas luar biasa pada atom ini. Ketika kita membicarakan atom hg, kita sedang berbicara tentang unsur dengan konfigurasi elektron [Xe] 4f¹⁴ 5d¹⁰ 6s². Susunan elektron valensi 6s² ini sangat terikat erat pada inti atom, yang menjelaskan mengapa Raksa memiliki energi ionisasi yang relatif tinggi untuk sebuah logam, dan mengapa ia cenderung tidak mudah melepaskan elektron untuk membentuk ikatan kovalen kuat.
Sifat cairnya pada suhu kamar bukanlah hasil dari ikatan logam yang lemah, melainkan hasil dari interaksi relativistik yang kompleks pada elektron-elektron terdalam. Efek relativistik ini menyebabkan orbital 6s menyusut dan menjadi lebih stabil, sehingga mengurangi kecenderungan atom Raksa untuk berpartisipasi dalam ikatan logam yang kuat seperti yang ditemukan pada unsur-unsur di atasnya dalam golongan 12 (seperti Kadmium dan Seng).
Meskipun demikian, atom Raksa masih dapat membentuk senyawa. Raksa cenderung membentuk ion Hg²⁺ (Raksa(II)) yang memiliki konfigurasi elektron stabil [Xe] 4f¹⁴ 5d¹⁰. Selain itu, Raksa juga dikenal mampu membentuk ion dimerik Hg₂²⁺. Memahami cara atom hg berinteraksi untuk membentuk ikatan menentukan sifat-sifat senyawa Raksa, mulai dari garam anorganik yang larut hingga senyawa organologam yang sangat beracun.
Meskipun memiliki kegunaan historis dalam termometer dan barometrik, penggunaan Raksa kini sangat dibatasi karena toksisitasnya. Toksisitas ini berkaitan erat dengan bagaimana atom Raksa berinteraksi dengan sistem biologis. Raksa elementer (Hg⁰) memiliki tekanan uap yang signifikan, memungkinkannya menguap ke udara. Setelah terhirup, ia dapat menembus sawar darah-otak. Namun, ancaman terbesar datang dari senyawa organologamnya, terutama Metilmerkuri (CH₃Hg⁺).
Ketika Raksa anorganik dilepaskan ke lingkungan, mikroorganisme akuatik dapat mengubahnya menjadi metilmerkuri melalui proses alkilasi. Dalam bentuk ini, atom hg terikat pada gugus metil, yang membuatnya sangat mudah larut dalam lemak dan terakumulasi dalam rantai makanan (bioakumulasi). Inilah sebabnya mengapa konsumsi ikan predator besar seringkali mengandung kadar merkuri yang tinggi, yang kemudian dapat menyebabkan kerusakan neurologis serius pada manusia.
Meskipun isu kesehatan, Raksa masih vital dalam beberapa aplikasi teknologi modern. Misalnya, dalam lampu fluoresen, uap Raksa memainkan peran kunci dalam menghasilkan cahaya ultraviolet yang kemudian diubah menjadi cahaya tampak oleh fosfor. Selain itu, Raksa digunakan dalam produksi klor-alkali melalui proses elektrolisis. Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana mengelola limbah yang mengandung atom hg ini secara aman.
Upaya global, seperti Konvensi Minamata, berfokus pada pengurangan emisi dan pelepasan Raksa ke lingkungan. Pengelolaan limbah yang mengandung Raksa memerlukan teknik remediasi yang canggih, seringkali melibatkan penangkapan uap merkuri atau stabilisasi senyawa Raksa menjadi bentuk yang kurang reaktif dan lebih mudah dikubur secara aman. Memahami kimia dasar dari atom Raksa adalah langkah pertama dalam memitigasi dampaknya terhadap kesehatan planet dan manusia.