Ilustrasi visualisasi keteguhan iman di tengah ujian.
Surat At-Taubah (atau Bara'ah) merupakan salah satu surat Madaniyah yang membawa banyak pelajaran penting mengenai ketaatan, loyalitas, dan menghadapi tantangan kehidupan. Khususnya pada rentang ayat 120 hingga 130, Allah SWT memberikan penekanan kuat mengenai pentingnya kesabaran, keteguhan hati, serta harapan akan pertolongan-Nya setelah melalui kesulitan. Ayat-ayat ini seringkali menjadi pengingat bahwa beriman bukanlah sekadar klaim, melainkan dibuktikan melalui tindakan nyata dan ketahanan mental spiritual.
Pesan Moral dari Ayat 120-123: Sikap dalam Perang dan Kepemimpinan
Ayat-ayat pembuka dalam rentang ini (misalnya ayat 120-121) seringkali berbicara mengenai medan jihad dan etika seorang mukmin. Allah menegaskan bahwa tidaklah patut bagi penduduk Madinah dan orang-orang Badui di sekitar mereka untuk berdiam diri ketika Allah memberikan perintah untuk berperang (berjuang). Namun, penekanan diberikan pada skala prioritas dan keikhlasan. Jika harus keluar sebagian kaum untuk berjihad, sebagian lainnya harus tinggal untuk mendalami ilmu agama dan memberikan peringatan kepada kaumnya ketika mereka kembali. Ini menunjukkan keseimbangan antara tanggung jawab militer/pertahanan dan tanggung jawab keilmuan/dakwah.
Intinya adalah, tidak semua harus berada di garis depan secara fisik; ada peran penting bagi mereka yang tinggal untuk menjaga fondasi keilmuan dan memberikan edukasi, memastikan bahwa perjuangan di luar didukung oleh pemahaman yang benar di dalam.
Ayat-ayat selanjutnya seringkali menekankan bahwa tidak semua harta yang diinfakkan akan sia-sia. Setiap langkah kecil yang dilakukan karena ketaatan akan dicatat dan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT, asalkan dilakukan dengan niat yang tulus dan benar. Ini menghilangkan kegelisahan hati tentang kerugian materiil akibat pengorbanan di jalan Allah.
Panggilan untuk Kesabaran dan Keteguhan (Ayat 123)
Ayat 123 adalah penegasan yang tegas: "Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitarmu dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu..." Ayat ini bukanlah ajakan membabi buta, melainkan perintah strategis untuk bersikap tegas terhadap pihak-pihak yang jelas-jelas memusuhi dan mengancam eksistensi ajaran Islam. Namun, ketegasan ini harus diimbangi dengan pemahaman bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa. Inilah inti ketenangan: meski menghadapi musuh yang kuat, iman memberikan sandaran bahwa pertolongan Allah pasti datang bagi mereka yang taat.
Nasihat untuk Orang-orang Munafik dan Kaum Mukminin yang Lemah (Ayat 124-129)
Rentang ayat ini juga memberikan sorotan tajam terhadap perilaku orang-orang munafik. Mereka yang berpura-pura beriman akan menunjukkan kemunafikannya ketika diuji, mereka enggan ikut berjuang atau bahkan mencoba menakut-nakuti orang lain dengan isu kekalahan. Allah mengungkap tabiat mereka, sehingga kaum mukminin dapat membedakan mana kawan sejati dan mana yang hanya mencari keuntungan sesaat.
Kontrasnya, ketika ayat beralih kepada kaum mukminin, fokusnya adalah pada harapan. Jika ada di antara kaum mukminin yang merasa berat untuk berjihad, Allah mengajarkan untuk memohon ampunan dan bersabar. Sesungguhnya, pahala dari Allah jauh lebih besar daripada kesenangan duniawi sesaat.
Ayat 128, yang sering dikutip, adalah penutup yang menghangatkan hati: "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, yang amat berat baginya kamu mengalami kesulitan, yang sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, yang berlimpah kasih sayangnya, dan berlimpah rahmatnya terhadap orang-orang yang beriman." Ayat ini menegaskan kedekatan Rasulullah ﷺ dengan umatnya, menunjukkan betapa besar perhatian beliau terhadap setiap kesulitan yang dihadapi para pengikutnya.
Kesimpulan: Menginternalisasi Keteguhan
Secara keseluruhan, tafsir At-Taubah ayat 120 hingga 130 mengajarkan sebuah kurikulum lengkap tentang karakter seorang mukmin yang kokoh. Mereka harus cerdas dalam membagi tugas (antara jihad fisik dan penguatan ilmu), memiliki integritas total (tidak seperti munafik), dan yang terpenting, selalu kembali kepada sumber ketenangan yaitu Allah SWT. Kesabaran dalam menghadapi ujian, baik dalam bentuk ancaman luar maupun keraguan internal, adalah kunci untuk meraih kemenangan sejati, sebagaimana janji Allah yang berlimpah rahmat bagi hamba-Nya yang beriman. Ayat-ayat ini menegaskan bahwa ujian adalah pemurni, dan keteguhan dalam iman adalah kendaraan menuju keridaan Ilahi.