Visualisasi mengenai keraguan vs. kebenaran yang diisyaratkan ayat.
Surat At Taubah, yang juga dikenal sebagai Bara'ah, adalah salah satu surat Madaniyah terakhir dalam Al-Qur'an. Surat ini banyak membahas tentang perjanjian, peperangan, dan pentingnya kejujuran iman. Salah satu ayat yang sangat menyoroti kondisi kejiwaan manusia yang berbahaya adalah At Taubah ayat 63. Ayat ini secara gamblang mengungkap bagaimana orang-orang munafik berusaha menjauhkan diri dari peringatan ilahi.
لْيَحْذَرِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ يُصِيبَهُمْ سَائِلَةٌ مِثْلُ مَا أَصَابَ غَيْرَهُمْ أَوْ يَحُلَّ قَرِيبًا مِنْ دَارِهِمْ حَتَّى يَأْتِيَ وَعْدُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
"Orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya terdapat penyakit (keraguan) merasa takut jika saja suatu bencana akan diturunkan atas mereka, sebagaimana yang telah diturunkan atas orang-orang yang sejenis dengan mereka. Dan (mereka takut) azab itu akan menimpa mereka dalam waktu dekat, sebelum datangnya janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah menyalahi janji-Nya." (QS. At Taubah: 63)
Ayat 63 diawali dengan peringatan keras dari Allah SWT kepada dua kelompok: Al-Munafiqun (orang-orang munafik) dan Alladzina fi qulubihim maradh (orang-orang yang di dalam hati mereka terdapat penyakit). Meskipun kedua kelompok ini sering disebutkan bersama, ada nuansa perbedaan. Orang munafik adalah mereka yang secara aktif menampilkan keislaman namun menyembunyikan kekafiran. Sementara itu, orang yang hatinya berpenyakit adalah mereka yang imannya lemah, penuh keraguan, dan belum mencapai tingkat kemunafikan yang sempurna, namun berada di ambang bahaya.
Penyakit hati yang dimaksud di sini adalah penyakit syubhat (keraguan), syahwat (keinginan duniawi yang berlebihan), dan ketidakmurnian niat. Hati mereka tidak teguh memegang kebenaran karena terpengaruh oleh bisikan duniawi atau ketakutan akan kehilangan status sosial di tengah masyarakat non-Muslim saat itu.
Inti dari ketakutan mereka dijelaskan dalam kelanjutan ayat: mereka takut jika suatu musibah (sa’ilah) menimpa mereka, sama seperti yang menimpa kaum kafir atau orang-orang yang telah terbukti permusuhannya terhadap Islam. Ketika bencana terjadi pada orang lain, kemunafikan mereka terkuak karena mereka menyadari bahwa nasib yang sama mungkin menanti mereka jika mereka tetap berpura-pura.
Ini menunjukkan betapa dangkalnya keimanan mereka. Mereka tidak takut pada Allah karena maksiat atau pengkhianatan, melainkan takut pada konsekuensi duniawi dari tindakan mereka. Rasa takut mereka bersifat instrumental; mereka takut kehilangan keamanan materiil, posisi, atau nyawa, bukan takut akan murka Allah di akhirat. Jika keamanan dunia terancam, barulah mereka merasa perlu untuk waspada dan menarik diri dari tindakan yang dapat menarik perhatian Allah.
Ayat ini ditutup dengan penegasan yang sangat kuat: mereka takut musibah itu datang, atau azab itu mendekat, “hatta ya’tiya wa’dul Lah” (sampai datang janji Allah). Janji Allah di sini memiliki beberapa tafsiran, namun umumnya merujuk pada kepastian pertolongan Allah bagi orang beriman dan kepastian azab bagi orang kafir dan munafik.
Janji Allah ini bisa berupa:
Ayat At Taubah 63 tetap relevan hingga hari ini. Banyak orang yang dalam imanannya cenderung mencari jalan tengah, tidak mau sepenuhnya berpihak pada kebenaran karena takut kehilangan kenyamanan duniawi. Mereka menghindari komitmen penuh terhadap nilai-nilai kebenaran (Islam) karena khawatir akan ada "biaya sosial" atau "kerugian finansial" yang harus ditanggung. Mereka hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan konsekuensi duniawi, bukan dalam ketakutan yang murni kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, ayat ini menjadi cermin bagi setiap mukmin untuk memeriksa kemurnian niatnya. Apakah ketakutan terbesar kita adalah menghadapi ketidaknyamanan sementara demi ketaatan, atau kita justru takut kehilangan sesuatu yang fana sehingga kita memilih bersikap ambigu dan pura-pura? Memahami ayat ini menuntut kita untuk membersihkan hati dari penyakit keraguan agar iman kita teguh dan tidak goyah hanya karena bayangan bahaya sesaat.