Kesehatan dan produktivitas ternak, baik itu unggas, babi, maupun ruminansia, sangat bergantung pada kualitas nutrisi yang mereka terima. Dalam pakan ternak, protein menjadi salah satu komponen makro esensial. Namun, protein tidak bekerja sendirian; ia harus dipecah menjadi unit dasarnya, yaitu asam amino, agar dapat diserap dan dimanfaatkan secara optimal oleh tubuh hewan. Memahami peran asam amino untuk ternak adalah kunci utama dalam formulasi pakan yang efisien dan ekonomis.
Asam amino adalah blok pembangun (building blocks) protein. Ketika ternak mengonsumsi pakan yang kaya protein seperti bungkil kedelai atau tepung ikan, sistem pencernaan akan mendegradasi protein tersebut menjadi asam-asam amino individual. Asam amino ini kemudian digunakan untuk sintesis protein baru—baik untuk pertumbuhan otot (daging), produksi susu, pembentukan telur, maupun perbaikan jaringan tubuh.
Dalam konteks nutrisi ternak, asam amino diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama: asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino esensial adalah jenis yang tidak dapat disintesis oleh tubuh hewan dalam jumlah yang memadai, sehingga harus selalu tersedia melalui diet. Jika salah satu asam amino esensial ini kurang (disebut sebagai limiting amino acid), maka seluruh proses pembentukan protein akan terhambat, terlepas dari ketersediaan asam amino lainnya.
Untuk mencapai performa maksimal, terutama pada peternakan komersial, fokus utama adalah memastikan kecukupan asam amino esensial. Beberapa yang paling penting meliputi:
Dulu, peternak cenderung memberikan protein dalam jumlah berlebihan untuk memastikan semua asam amino esensial terpenuhi secara tidak langsung. Namun, pendekatan ini boros, meningkatkan biaya pakan, dan meningkatkan beban ekskresi nitrogen ke lingkungan.
Revolusi dalam nutrisi ternak modern adalah penggunaan asam amino murni yang disintesis secara komersial. Ini memungkinkan ahli nutrisi untuk 'menyeimbangkan' rasio asam amino dalam pakan secara presisi. Dengan menambahkan lisin sintetis atau metionin murni langsung ke dalam premiks pakan, kita dapat mengurangi jumlah total protein kasar (misalnya, mengurangi penggunaan bungkil kedelai yang mahal) sambil tetap memenuhi kebutuhan spesifik hewan.
Kebutuhan asam amino sangat bervariasi tergantung spesies ternak, umur, fase pertumbuhan, dan tujuan produksi. Misalnya, ayam pedaging memiliki kebutuhan lisin yang sangat tinggi selama fase pertumbuhan cepat, sementara sapi perah memiliki kebutuhan yang berbeda terkait dengan sintesis protein susu.
Formulasi yang akurat memerlukan analisis komposisi bahan baku dan pemahaman mendalam tentang digestible amino acid (asam amino yang benar-benar dapat diserap) daripada hanya total kandungan. Kegagalan menyeimbangkan asam amino esensial dapat menyebabkan penurunan berat badan, penurunan respons imun, dan peningkatan insidensi penyakit pada ternak.
Kesimpulannya, asam amino adalah fondasi dari nutrisi protein yang efektif. Penggunaan asam amino sintetis telah mengubah praktik peternakan, menjadikannya lebih ilmiah, ekonomis, dan ramah lingkungan, memastikan bahwa setiap nutrisi yang diberikan memberikan kontribusi maksimal bagi kesehatan dan produktivitas ternak.